Friday, June 8, 2007

2. Belum Banyak Yang Mengetahui
Besarnya jumlah yang belum bisa terpenuhi itu tentu saja merupakan peluang usaha yang menggembirakan. Hanya saja belum banyak yang mengetahui potensi bisnis yang kini makin terkuak kepermukaan ini. Para pemilik bengkel kendaraan bermotor yang akrab dengan oli bekas baik di Jakarta apalagi diberbagai daerah, nyatanya juga banyak yang tidak mengetahui pemamfaatan oli bekas untuk didaur ulang ini.
A. Pakpahan pengelolanMaranatha Oli di bilangan Jalan Soekarno – Hatta, Bandung bahkan bukan sekedar tak mengetahui. Lebih dari itu justru merasa tidak enak terhadap masyarakat bila ia menampung oli bekas. Jika dibuang juga takut menimbulkan pencemaran dilingkungan masyarakat sekelilingnya. Akhirnya, Pakpahan memutuskan untuk menampung. Namun ketikan datang pengumpul yang membeli oli bekas yang ditampungnya, pengumpul tidak banyak menjelaskan untuk apa oli tersebut. “Katanya, sih untuk dipanaskan kemudian diendapkan dan disaring,”jelas Parulian rekan sekerja Pakpahan.
Tak hanya Pakpahan dan Parulian saja yang merasa gelap terhadap pemanfaatan oli bekas. Bahkan informasi seputar daur ulang oli bekas dengan menggunakan tekhnologi muktahir pun tidak banyak dipahami. Semuanya seakan serba samar-samar. Bahkan, sewaktu berbagai kasus pemalsuan oli ramai diungkapdiperbagai media massa, banyak bengkel yang menjual oli bekas lebih memilih berdiam diri. Ada ketakutan mereka dianggap membantu sindikat pembuat oli palsu. Padahal dengan tekhnologi muktahir mendaur ulang oli bukanlah persoalan luar biasa. Bukan pula bentuk pemalsuan oli.
Kenyataan inilah yang terkadang membuat pemilik bengkel kendaraan bermotor serba salah. “Dibuang begitu saja bingung. Kemana mesti membuang? Ditampung juga tidak ada tempat penampungannya,” ucap Pakpahan berterus terang. Akhirnya diputuskan untuk dijual dengan harga Rp 60.000,- tiap drum, tanpa banyak bertanya untuk apa oli itu kelak akan digunakan. Yang jelas, kata Pakpahan “Hasil penjualan oli lumayanlah untuk menambah penghasilan.

No comments: