Friday, June 8, 2007


OLI BEKAS UNTUNGNYA ASIIK
Pengantar
Kebutuhan pelumas bekas di Indonesia cukup fantastik, hingga puluhan juta liter setahun. Ini jelas sebuah peluang usaha sekaligus pemberdayaan perekonomian masyarakat yang bisa dikembangkan hingga ke desa-desa diseluruh Indonesia.
Drajat oli bekas tampaknya akan terus meningkat. Jika sebelumnya cairan kotor ini hanya diminati para sindikat pemalsu oli dan para pembakar kapur, atau dibuang begitu saja, kini sejak ditemukan teknologi muktahir pemurnian oli bekas melalui proses lima tahap dari Mohawk-CEP (Kanada), pamor oli bekas sudah masuk kedalam jajaran industri skala besar.
Tak kurang PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI) yang memproduksi pelumas merk Pennzoil dan Evalube di Indonesia, contohnya menjadikan oli bekas sebagai tumpuan produksinya sebanyak 75 juta liter setahun. Suatu jumlah yang terbilang fantastis. Tapi itu wajar sebab sejak beroperasi 11 tahun lalu, WGI yang telah memproduksi 45 item pelumas berbagai keperluan seperti otomotif, industri, alat berat, dan perkapalan ini, WGI telah berhasil menempatkan dirinya pada peringkat teratas perusahaan pelumas swasta terbesar di Indonesia bahkan dikawasan Asia Pasifik.
Kiprah WGI sebagai perusahaan pemurnian pelumas yang mutu produknya diakui lembaga internasional seperti American Petroleum Institue (API) juga Lemigas jelas amat bergantung pada besar dan lancarnya pasokan pelumas sebagai salah satu bahan baku produknya. Paling tidak seperti dikemukakan Vice President / CEO WGI AP. Batubara, “Kebutuhan kami sangat besar”.
Sayangnya kendati secara tetap WGI dipasok Perhimpunan Pengumpul Pengelola dan Pengguna Minyak Pelumas Bekas (P4MPB) yang beranggotakan lebih dari 5.000 pengumpul oli bekas dari seluruh Indonesia kebutuhan WGI tetap saja belum terpenuhi. Dari seribu drum yang harus dipasok kepada WGI setiap hari 2.000 pengumpul yang tersebar di seluruh Jabodetabek menurut Bendahara P4MPB Bambang S. Santoso, “Baru mampu memasok 400 drum. Sisanya dari berbagai daerah, namun jumlahnya masih kecil.”
2. Belum Banyak Yang Mengetahui
Besarnya jumlah yang belum bisa terpenuhi itu tentu saja merupakan peluang usaha yang menggembirakan. Hanya saja belum banyak yang mengetahui potensi bisnis yang kini makin terkuak kepermukaan ini. Para pemilik bengkel kendaraan bermotor yang akrab dengan oli bekas baik di Jakarta apalagi diberbagai daerah, nyatanya juga banyak yang tidak mengetahui pemamfaatan oli bekas untuk didaur ulang ini.
A. Pakpahan pengelolanMaranatha Oli di bilangan Jalan Soekarno – Hatta, Bandung bahkan bukan sekedar tak mengetahui. Lebih dari itu justru merasa tidak enak terhadap masyarakat bila ia menampung oli bekas. Jika dibuang juga takut menimbulkan pencemaran dilingkungan masyarakat sekelilingnya. Akhirnya, Pakpahan memutuskan untuk menampung. Namun ketikan datang pengumpul yang membeli oli bekas yang ditampungnya, pengumpul tidak banyak menjelaskan untuk apa oli tersebut. “Katanya, sih untuk dipanaskan kemudian diendapkan dan disaring,”jelas Parulian rekan sekerja Pakpahan.
Tak hanya Pakpahan dan Parulian saja yang merasa gelap terhadap pemanfaatan oli bekas. Bahkan informasi seputar daur ulang oli bekas dengan menggunakan tekhnologi muktahir pun tidak banyak dipahami. Semuanya seakan serba samar-samar. Bahkan, sewaktu berbagai kasus pemalsuan oli ramai diungkapdiperbagai media massa, banyak bengkel yang menjual oli bekas lebih memilih berdiam diri. Ada ketakutan mereka dianggap membantu sindikat pembuat oli palsu. Padahal dengan tekhnologi muktahir mendaur ulang oli bukanlah persoalan luar biasa. Bukan pula bentuk pemalsuan oli.
Kenyataan inilah yang terkadang membuat pemilik bengkel kendaraan bermotor serba salah. “Dibuang begitu saja bingung. Kemana mesti membuang? Ditampung juga tidak ada tempat penampungannya,” ucap Pakpahan berterus terang. Akhirnya diputuskan untuk dijual dengan harga Rp 60.000,- tiap drum, tanpa banyak bertanya untuk apa oli itu kelak akan digunakan. Yang jelas, kata Pakpahan “Hasil penjualan oli lumayanlah untuk menambah penghasilan.
3. Potensi dan Peluangnya Besar
Ketidak tahuan bukan saja patut disayangkan, tapi juga bisa merugikan. Betapa tidak dengan menyimak potensi bisnis oli bekas yang ada, salah satu dengan merujuk besarnya kebutuhan WGI untuk memproduksi minyak pelumas melalui proses pemurnian dengan proses tekhnologi muktahir, para pengelola bengkel kendaraan bermotor atau siapapun yang berminat menerjuni usaha oli bekas ini bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Bahkan yang cukup menggimbarakan hapir pada setiap pelosok negeri terdapat bengkel dan dimasa mendatang jumlah kendaraan bermotor akan terus bertambah. Itu artinya kebutuhan akan minyak pelumas akan bertambah dan jumlah oli bekas akan banyak juga. Itulah sebabnya AP. Batubara yang mengaku telah merintis usaha pemurnian oli bekas sejak tahun 1985 tak ragu menyatakan “Penangan terhadap oli bekas secara resmi dan legal ini bisa mendatangkan banyak manfaat.”
Selain bisa ikut mengatasi pemalsuan pelumas yang hingga kini bagai tak bisa diberantas, mengurangi pencemaran lingkungan, menciptakan lapangan kerja, memberdayakan perekonomian masyarakat secara nyata, juga bisa menghemat devisa negara. Perlu disadari minyak mentah Indonesia tidak termasuk jenis parafinik sehingga tidak mungkin bisa diolah menjadi minyak pelumas. Jadi tandas AP. Batubara, “Untuk memenuhi kebutuhan minyak pelumas yang lebih dari 500 juta liter setahun, bahan baku berupa minyak mentah yang sesuai harus diimpor.”
Itu jelas menjadi masalah tersendiri. Untunglah dengan menerapkan teknologi muktahir melalui proses lima tahap Mohawk yang dikembangkan di Kanada yang direkomendasikan Laboratorium Chevron yang menyatakan bahwa proses itu telah terbukti selama lebih dari 10 tahun di Amerika Utara. WGI telah tampil sebagai pelopor dikawasan Asia Pasifik dalam proses pemurnian minyak pelumas bermutu internasional. Bahkan pada September 1999 lalu WGI berhasil memproduksi minyak pelumas mesin diesel Pennzoil Long Life EF yang memiliki API Service tertinggi di dunia saat ini, yakni CH-4.
Berbagai prestasi internasional yang selama ini telah dicapai WGI itu merupakan jawaban nyata terhadap keraguan masyarakat terhadap kualitas oli daur ulang yang selama ini mutunya disangsikan. Padangan dan citra semacam itu menurut AP. Batubara, “Jelas keliru, terbukti mutu produk WGI berhasil melampaui kualitas minyak pelumas dasar yang diproses dari minyak mentah. Jadi sepenuhnya kami berani menjamin.” Terlepas dari penilaian masyarakat terhadap oli daur ulang satu hal yang jelas potensi oli bekas tampaknya tidak boleh disepelekan. Oli bekas bukan saja jika tertumpah ke bumi apalagi jumlahnya ratusan hingga jutaan liter akibatnya bisa dibayangkan. Tapi bila oli bekas ini dimanfaatkan oleh sindikat pemalsu oli, masyarakat terutama pemilik kendaraan bermotor akan banyak dirugikan. Langkah yang terbaik adalah menangani usaha pengumpulan oli bekas ini secara resmi dan legal untuk memberdayakan perekonomian masyarakat di seluruh Indonesia. Dan jangan lupa kebutuhan hingga puluhan juta liter oli bekas itu merupakan peluang tersendiri.

4. Potensi Bisnis Oli Bekas
Tanpa banyak yang menyadari potensi bisnis oli bekas ternyata luar biasa. Bisa dikatakan memang demikian, sebab dari tetesan limbah pelumas ratusan ribu mobil dan motor, kapal dan pesawat terbang serta lainnya yang ada diseluruh Indonesia jika dikumpulkan jumlahnya sungguh mencengangkan.
Sepuluh tahun lalu sebelum oli bekas bisa didaur ulang dengan teknologi muktahir sehingga bisa menghasilkan pelumas berkualitas prima yang bisa mengalahkan pelumas murni ( virgin crude oli ) oli bekas selalu menjadi masalah. Jika tidak dimusnahkan bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Atau yang juga tidak kalah menimbulkan dampak buruk yakni memunculkan tindak kriminal pemalsuan oli yang tidak hanya merusak mesin juga merusak perekonomian, seperti perdagangan terganggu dan pajak tak bisa dikutip.
Berbagai inovasi dengan memanfaatkan teknologi tinggi pemurnian oli bekas yang dikembangkan Mohawk (Kanada) dan Evergreen (Amerika Serikat), penangan limbah oli bekas seakan mendapat solusi. Setidaknya sejak tahun 1995 dan terutama sejak PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI) yang memproduksi pelumas merek Pennzoil (Amerika) di Indonesia, jutaan liter oli bekas kian mendapat nilai ekonomis yang memadai.
Terbukti kini WGI yang tampil sebagai produsen pelumas swasta terbesar di Indonesia mampu mematok kapasitas produksi 75 juta liter minyak pelumas setahun. Jumlah ini tidak terlalu istimewa jika WGI memproduksi minyak pelumas murni. Tapi justru memurnikan kembali (refinery) pelumas bekas yang bahan bakunya berasal dari para pemilik kendaraan bermotor di seluruh Indonesia. Dan satu hal yang terpenting untuk mendapatkan pelumas bekas sebagai bahan baku produksinya ternyata tidaklah mudah. Sebab kendati WGI sangat didukung Perhimpunan Pengumpul, Pengelola, dan Pengguna Minyak Pelumas Bekas (P4MPB) yang beranggotakan lebih dari 5000 pengepul oli bekas di Indonesi ternyata P4MPB kesulitan untuk memenuhi permintaan WGI untuk memasok 1000 drum oli bekas dalam sehari. Jadi secara sederhana bisa disimpulkan bahwa peluang oli bekas ini terbuka lebar mulai dari (bengkel dan pengumpul) di desa hingga ke kota. Di sisi lain sejalan dengan pengembangan WGI terutama untuk memenuhi keperluan ekspor, maka permintaan akan oli bekas ini ikut meningkat pula.
Bila anda berminat untuk membuka usaha pengumpulan minyak pelumas bekas ini maka dapat menghubungi Alamat P4MPB di nomer telpon (0274) 6509295.